Selasa, 20 Desember 2016

Impian Bersama PBFC dan Konsekuensinya






eksma-kom.blogspot.com -Setiap klub-klub sepakbola besar di dunia, memiliki caranya masing-masing untuk menghasilkan pemain berkualitas yang bisa memberikan prestasi bagi klub. Ada klub yang rela menghamburkan milyaran bahkan triliunan rupiah sebagai biaya untuk membeli pemain bintang layaknya klub-klub kaya eropa dan timur tengah, tentunya dengan gaji pemain yang juga selangit. Ada pula klub yang memang membina pemainnya melalui akademi yang dimiliki klub tersebut. Sebut saja Manchester United dengan akademinya yang mencetak "Class 1999" dengan bintang seperti David Beckham, Paul Scholes, Ryan Giggs, dan lainnya.

Hal inilah yang menjadi impian yang ingin segera diwujudkan oleh Pusamania Borneo Football Club (PBFC) yaitu memiliki akademi sepakbola mandiri. Pusamania Borneo Football Club atau biasa disebut PBFC merupakan satu-satunya klub sepakbola profesional yang bermarkas di kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Akademi Sepakbola yang dibentuk akan menjadi ladang penghasil pemain sepakbolanya sendiri dengan nama PBFC Academy. Saat ini, PBFC Academy sudah memiliki 3 jenjang usia pembinaan. U-21, U-18, dan U-16.

PBFC Academy nantinya akan memiliki tim pemandu bakat yang akan disebar di setiap pertandingan junior. Melalui Aji Fitriadi, manajer PBFC Academy U-18 mengatakan konsep akademi berbeda dengan SSB yang ada. "Kalau SSB pemain membayar sejumlah uang untuk dapat mengikuti pelatihan, sedang di akademi semua pemain mendapatkan pembinaan gratis secara berjenjang. Karena nantinya pemain yang sudah matang akan menjadi aset berharga bagi klub," ujar Aji.

Hal ini telah dirasakan oleh Muhammad Hidayat, mahasiswa asal Fakultas Keguruan ini merupakan salah satu dari mahasiswa unmul yang bergabung di PBCF Academy. Bagi pria yang lahir 20 tahun silam bergabung bersama PBFC Academy merupakan sebuah kebanggaan karena telah menjadi cita-citanya untuk menjadi pesepakbola profesional.

Mengetahui bahwa banyak para mahasiswa bergabung dalam PBFC Academy tak lantas membuktikan bahwa olahraga dan pendidikan dapat disatukan. Ada yang mencoba menjalankan keduanya secara bersamaan, akhirnya malah tak mendapatkan keduanya. Mereka yang berhasil pada umumnya adalah yang berani melangkah dengan memilih salah satu, tentu dengan segala konsekuensi.



M. Hidayat bersama Tim PBFC U-21

M. Hidayat (paling depan) berkuliah bersama temannya


“Kalau memilih, saya memilih sepakbola. Saya sangat menyenangi sepakbola sudah saya anggap sebagai bagian dari diri saya, sebagai passion saya, dan saya dari dahulu selalu bercita - cita ingin mejadi pemain sepakbola professional seperti yang pemain–pemain Eropa”, ungkap Muhammad Hidayat

Bermimpi menjadi pesepakbola profesional atau memenuhi kredit sks adalah hal yang selalu dipusingkan oleh mahasiswa sebab bagi mereka merupakan hal yang penting juga. 


Hal senada disampaikan oleh Muhammad Hidayat “Pendidikan itu juga penting. Saya sering melihat di televisi bagaimana nasib para atlit di Indonesia ini kurang di perhatikan masa depannya, mereka kebanyakan tidak punya bekal atau latar belakang yang cukup untuk menghadapi situasi setelah pensiun. Apalagi sepakbola Indonesia yang sedang kacau dikarenakan adanya intervensi dari oknum – oknum tidak bertanggung jawab”, tuturnya.



Penulis: Andi Anugrah
Wartawan : Andi Anugrah

0 komentar:

Posting Komentar